Oleh: Putri Efhira Farhatunnisa (Pegiat Literasi di Majalengka)
Majalengka // zonakabar.com – Sebelum Ramadhan tiba, ada yang tiba-tiba terungkap, padahal rapi tak terendus di lima tahun terakhir ini. Berita korupsi hadir lagi, seolah sudah jadi tradisi. Karena sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Se-rapi apapun menyimpan bangkai, akan tercium juga. Total kerugian negara selama lima tahun terakhir hampir mencapai 1 kuadriliun. Sungguh angka yang sangat fantastis.
Saking maraknya kasus korupsi di Indonesia, muncullah istilah “Klasmen Liga Korupsi Indonesia” setelah kasus dugaan korupsi minyak mentah dan produk kilang oleh pejabat PT Pertamina Patra Niaga muncul ke permukaan. Kasus Pertamina ini menduduki peringkat pertama di mana total kerugian negara mencapai Rp. 968,5 Triliun, disusul oleh Tata Niaga PT Timah dengan kerugian Rp 300 Triliun, dan di peringkat ke tiga Skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Rp 138,44 Triliun (Kompas.com, 28/2/2025).
Koruptor Nodai Kehormatan Garuda
Atas keadaan negeri yang dikuasai oleh para pejabat yang rakus ini, muncul berbagai respon dari masyarakat. Salah satunya lukisan berjudul Tikus dalam Garuda karya seorang pelukis asal Kalimantan Selatan, Jumanto Yulianus Rokhyat. Lukisan tersebut merupakan kritik politik dan menggambarkan realita yang terjadi di negeri tercinta ini, di mana banyak sekali tikus sebagai metafora dari pejabat serakah atau koruptor yang menguasai negara.
Para koruptor ini telah menodai kehormatan Garuda sebagai simbol kebanggaan Nusantara. Namun lukisan tersebut banyak dikecam oleh pejabat. Sudah seperti anti kritik pemerintahan saat ini, siapapun yang berani menyuarakan kritik, pasti akan berusaha untuk dibungkam. Entah kemana kebebasan berpendapat yang selalu digaungkan liberalisme. Kebebasan ini seakan memiliki filter, di mana suara yang bertentangan dengan pemerintahan akan dibungkam.
Berbicara tentang uang sebanyak 1 kuadriliun, jika dibagikan kepada seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 280 juta jiwa, maka setiap orangnya akan mendapat sekitar 3,57 miliar rupiah. Sebuah angka yang cukup untuk rakyat memiliki hunian nyaman bahkan mungkin kendaraan impian. Memang Indonesia ini diberkati oleh Sang Pencipta sebagai negara kaya, namun akibat para pengelola yang tak bertanggungjawab menjadikan rakyatnya sengsara.
Sistem Sarang Koruptor
Koruptor terus merajalela, merampok kekayaan negara. Namun yang lebih sangat disayangkan adalah ketika para tikus berdasi itu ditangkap, mereka seringkali dibebaskan dengan segala keringanan maupun remisi. Tumpul ke atas, tajam ke bawah itulah gambaran hukum negara Nusantara saat ini. Sungguh kondisi yang sangat memprihatinkan. Jika hukum yang ada selemah itu pada sebagian orang yang padahal sangat merugikan negara, maka bagaimana rakyat akan dibuat sejahtera?
Hari ini pekerjaan para penguasa seakan hanya saling menutupi aib satu sama lain, mengkayakan diri sendiri dan seakan hanya waktu lah yang bisa mengungkapnya. Jika saja hukum dibuat tegas tanpa pandang bulu, habislah semua koruptor yang saling bekerja sama mengamankan diri. Hal ini ini erat dengan sistem pendidikan sekuler yang tidak dapat melahirkan generasi yang bertakwa. Sehingga apapun dilakukan demi keuntungan pribadi atau kelompok.
Keadilan dan kesejahteraan hanya sebatas utopis, tak mungkin untuk diwujudkan oleh orang-orang yang kerap mengumbar janji manis. Beginilah realita ketika diatur oleh hukum buatan manusia. Manusia fitrahnya memang tak sempurna, maka tak pantas untuk sekedar mengatur diri sendiri apalagi sebuah negara. Dan keadaan akan semakin parah ketika hal ini terus dibiarkan terus terjadi.
Maka perlu disadari bahwa segala kerusakan yang terjadi adalah akibat sistem yang diterapkan hari ini, maka pergantian orang bukan solusi namun sistemnyalah yang perlu diganti. Ketika kita sadar bahwa manusia itu tidak sempurna, maka aturan yang dibuatnya pun tidak akan sempurna. Artinya untuk mengatur kehidupan ini, perlu sistem sempurna yang bukan berasal dari manusia, tapi Sang Pencipta yaitu Allah SWT.
Kesempurnaan Islam diraih ketika semua aturannya diterapkan secara keseluruhan, tidak dipilah-pilah. Salah satunya dalam sistem pendidikan Islam, dimana dalam pendidikan Islam hanya pemikiran yang berasal dari Islam yang akan diadopsi, kecuali sains dan teknologi atau yang tidak mengandung pemikiran tentang pandangan hidup. Sekain itu, akidah juga akan ditanamkan sedini mungkin agar kuat mengakar dalam setiap individu.
Bahwa manusia diciptakan untuk beribadah dan memberikan amalan terbaik serta sebagai perawat dan penjaga bumi dengan segala isinya. Setiap individu akan difahamkan bahwa dalam melakukan segala aktivitas, perlu mengingat hubungannya dengan Allah, sehingga berusaha menyelaraskan agar sesuai perintah dan laranganNya. Dengan sistem pendidikan Islam inilah generasi yang beriman dan bertakwa akan dilahirkan.
Maka ketika individu ini menjadi seorang pemimpin atau pejabat, akan amanah dalam menjalankannya karena sadar akan pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Selain membentuk individu yang bertakwa, Islam memiliki pilar lainnya agar kesempurnaan dan kemurniannya terjaga, yaitu pilar masyarakat dan hukum yang diterapkan.
Masyarakat Islam memiliki tradisi khas yaitu amar makruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran), masyarakat yang saling mengingatkan satu sama lain. Dalam kata lain saling mengingatkan untuk tidak melanggar syari’at dan bermaksiat kepada Allah SWT. Akan terjadi kesinambungan antara apa yang diajarkan pendidikan dan di tengah masyarakat, karena sama-sama menggunakan Islam sebagai landasan.
Begitu pula dengan hukum yang diterapkan, yaitu hukum Islam yng memiliki sanksi tegas bagi pelanggar aturan. Sanksi ini dibebankan pada siapapun yang berbuat salah, tanpa pandang bulu. Minim juga dari suap menyuap karena pejabat dan aparat yang amanah, sadar bahwa apa yang dilakukan disaksikan oleh Allah dan akan diminta pertanggungjawaban.
Beginilah sempurnanya Islam, aturan yang ada dibuat saling menopang satu sama lain untuk menciptakan kondisi yang kondusif. Dengan begitu kesejahteraan akan terwujud secara otomatis. Semua masalah yang ada mampu diselesaikan secara tuntas hingga ke akarnya. Maka memperjuangkan tegaknya Islam juga merupakan sebuah keharusan karena urgensinya sudah semakin nampak. Wallahua’lam bishawab.