Oleh: Sumiati
Aktivis Dakwah Muslimah
Majalengka // zonakabar.com – Dunia sedang dibayangi masalah serius di sektor ketenagakerjaan. Sejumlah negara besar melaporkan lonjakan angka pengangguran, termasuk di Indonesia. Situasi ini menunjukkan rapuhnya pemulihan ekonomi global di tengah tekanan inflasi, perlambatan pertumbuhan, hingga ketidakstabilan politik.
Kondisi ini tidak hanya menekan daya beli masyarakat, tetapi juga membawa dampak sosial dan politik yang luas. Ketika kesempatan kerja semakin terbatas, ketidakstabilan di berbagai negara bisa saja terpicu.
Indonesia masih menempati posisi teratas sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN pada 2025. Berdasarkan laporan Trading Ekonomics yang dirilis Kamis 14 Agustus 2025, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 4.76% pada periode Maret 2025. Angka tersebut setara dengan lebih dari 7 juta penduduk yang tidak memiliki pekerjaan.
Tingginya persentase pengangguran Indonesia tidak lepas dari jumlah penduduk yang sangat besar.
Pada 2024, populasi Indonesia tercatat sekitar 285 juta jiwa, menjadikannya negara dengan jumlah penduduk terbanyak di ASEAN. Meski di Indonesia angka pengangguran turun, namun generasi muda masih tetap mendominasi sebagai pengangguran terbanyak.
Problem pengangguran tidak lepas menuju arah kemiskinan, karena seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan tentu tidak akan mempunyai penghasilan, hal ini akan menjerumuskan ke dalam jurang kemiskinan. Dampaknya kemiskinan dapat memicu berbagai persoalan yang lain, seperti tingkat kejahatan meningkat dan menimbulkan masalah sosial lainnya. Tentu masalah ini menjadi PR besar bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia.
Berganti rezim tidak membuat pengangguran dapat teratasi, karena pemerintah selama ini hanya fokus pada aspek pasokan tenaga kerja saja, bukan pada menyediakan dan menciptakan lapangan kerja baru. Hal ini tentu tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dengan status pengangguran setiap tahun. Apalagi jika pihak penerima kerja lebih mengutamakan pengalaman dan penampilan yang menarik. Lalu bagaimana nasib para pencari kerja yang baru lulus sekolah atau kuliah yang belum pernah bekerja dan nasib atau takdir seseorang yang terlahir dengan penampilan yang tidak menarik, ini tentu tidak adil.
Penerapan sistem ekonomi kapitalisme adalah akar masalah yang sesungguhnya. Kapitalisme tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang layak dan adil bagi seluruh rakyat, sehingga semakin tinggi tingkat pengangguran di berbagai kalangan masyarakat. Kalau dikaji secara seksama, ada dua hal yang menyebabkan pengangguran semakin tinggi pada sistem kapitalis ini
Pertama, negara tidak menjadikan sumber daya alam yang ada sebagai ladang lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Negara malah memberikan kebebasan kepada pihak swasta untuk mengelola sumber daya alam yang ada. Maka, yang terjadi adalah ketika sumber daya alam berada di tangan swasta yang menjadi fokus bukan kesejahteraan pekerja melainkan keuntungan perusahaan semata.
Perusahaan swasta leluasa melakukan PHK atau menerima tenaga kerja asing demi keuntungan yang besar. Mereka tidak memikirkan nasib para pekerja lokal yang kelaparan. Sementara itu pemerintah tidak bisa menghentikan masuknya tenaga asing karena industri dan sumber daya alam telah dikuasai oleh pihak swasta. Inilah yang menyebabkan maraknya pengangguran dan negara hanya bisa melihat saja tanpa mampu mencegahnya.
Kedua, dalam sistem kapitalisme, uang dianggap sebagai komoditas, hal ini memunculkan aktivitas non rill seperti bursa efek dan saham, perbankan dalam sistem ribawi, maupun asuransi. Ekonomi yang bertumpu pada sektor non rill hanya memperkaya pemilik modal, karena aktivitas ekonomi non rill ini tidak bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang nyata. Sedangkan sektor ekonomi yang rill seperti pertanian, perikanan, perkebunan dan industri-industri kecil lainnya yang berpotensi menyerap tenaga kerja akhirnya diabaikan oleh negara dan dianggap tidak bermanfaat.
Berbeda dengan sistem sekuler kapitalisme, dalam Islam pemimpin adalah sebagai pengurus dan penjaga rakyat. Seorang penguasa yang senantiasa takut kepada sang khalik tentu akan takut pula dengan jabatan yang dipikulnya. Karena seorang pemimpin yang bertakwa takut amanah yang diemban akan diminta pertanggungjawaban dari Allah Swt di akhirat kelak. Mereka akan berusaha maksimal mengurus dan mensejahterakan rakyat dengan jalan menerapkan Syariah Islam sebagai tuntunan kehidupan.
Islam mewajibkan seorang laki-laki untuk bekerja dan mencari nafkah yang halal. Karena laki-laki sejatinya adalah sebagai pemimpin keluarga dan mempunyai tanggung jawab menafkahi keluarganya. Namun, semua itu tidak lepas dari peran negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang halal dan kondusif.
Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan kekayaan milik umum seperti batu bara, minyak, gas, nikel, emas, dan timah, negara bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya serta tidak membiarkan pihak asing menguasainya.
Rasulullah Saw bersabda “umat Islam berserikat pada tiga hal yaitu air, api, dan padang rumput” (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Artinya haram kekayaan milik umum dikuasai oleh individu swasta bahkan negara. Pembangunan dan pengembangan sektor-sektor yang potensinya sangat besar seperti pertanian perkebunan perikanan industri dan sejenisnya akan digarap sesuai dengan aturan Islam tanpa merusak alam sekitar.
Negara juga akan memberikan bantuan modal dan membekali keahlian kepada rakyat yang membutuhkan. Bahkan mereka yang lemah dan tidak mampu bekerja akan diberi santunan oleh negara hingga mereka tetap bisa merasakan kesejahteraan.
Layanan publik seperti rumah sakit dan sekolah digratiskan. Dengan begitu, kualitas sumber daya manusia pun akan meningkat dan siap berkontribusi bagi kebaikan umat. Karena tidak ada lagi alasan bagi rakyat kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi karena sudah ditanggung oleh negara.
Kesejahteraan adalah buah dari penerapan paradigma hubungan antara rakyat dan penguasa. Islam memandang rakyat adalah objek yang wajib dilayani, dan dipenuhi kebutuhannya. Adapun penguasa adalah subjek yang wajib melayani, dan menjamin kebutuhan dasar rakyat, meliputi sandang, tangan, kapan, kesehatan, pendidikan, keamanan.
Semua ini akan terwujud ketika dunia dipimpin dengan kepemimpinan islam yang menyeluruh. Karena kepemimpinan islam berperan sebagai penjaga dan pengurus rakyat. Dalam naungan syariat Islam umat akan terjaga harta, jiwa dan kehormatannya .
Kecil kemungkinan akan ada rakyat yang tidak merasakan kesejahteraan apalagi pengangguran. Karena sejatinya seorang pemimpin di dalam Islam sadar betul bahwa jabatannya kelak akan dimintai pertanggungjawaban.