Kemajuan Digital : Anugerah atau Ancaman ?

Oleh: Putri Efhira Farhatunnisa (Pegiat Literasi di Majalengka)

Majalengka // zonakabar.com – Saat ini manusia memang tidak bisa lepas dari dunia digital. Dan tentu hal ini memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Bahkan terkadang menjadi standar hidup mayoritas masyarakat. Maka informasi yang ada di dalamnya dianggap sangat penting karena bisa mempengaruhi banyak kepala.

Bacaan Lainnya

Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi mengatakan bahwa, meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dipengaruhi oleh gedget dan sosial media. Menurutnya fenomena ini harus ditangani secara serius mengingat tingginya keterpaparan anak oleh dunia digital yang tidak disertai kontrol dan bimbingan. (tempo.co 11/7/2025)

Di tengah gempuran kemajuan teknologi dan digitalisasi, muncul berbagai persoalan baru yang tak bisa dianggap sepele. Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah dampaknya terhadap anak-anak. Penggunaan gawai yang terlalu dini dan berlebihan telah menjadikan mereka rentan terhadap berbagai ancaman di ruang siber. Mulai dari paparan konten kekerasan, pornografi, hingga predator daring yang terus mengintai.

Yang lebih menyedihkan, banyak dari mereka menjadi korban karena tidak tahu cara membentengi diri. Ini adalah buah dari rendahnya literasi digital serta lemahnya iman yang menjadi fondasi kepribadian mereka. Semua ini lahir dari sistem pendidikan sekuler yang memisahkan nilai agama dari kehidupan.

Negara Abai, Keuntungan Jadi Tujuan

Sayangnya, negara tampak abai dalam menghadirkan perlindungan nyata bagi generasi muda. Kecepatan digitalisasi justru dianggap sebagai peluang ekonomi dan ladang cuan yang besar. Fokus pemerintah lebih kepada mendukung pertumbuhan ekonomi digital ketimbang memastikan keselamatan digital bagi rakyatnya, terutama anak-anak.

Jangankan sebuah gawai, bahkan sekelas Mentri saja pernah ada yang mengatakan bahwa untuk pendanaan pendidikan boleh menggunakan pinjaman online sebagai opsi. Ini adalah potret nyata dari kehidupan dalam sistem sekuler kapitalistik, teknologi dikejar demi profit, bukan untuk kemaslahatan. Semua dibiarkan mengalir sesuai arah pasar.

Dunia Siber Bisa Jadi Alat Penjajahan

Ada bahaya lain yang tak kalah besar. Ketergantungan pada infrastruktur digital asing membuat negara sangat rentan dikendalikan oleh kepentingan luar. Data pribadi rakyat mudah diakses, informasi bisa dimanipulasi, bahkan opini publik bisa dibentuk hanya melalui algoritma. Dalam dunia hari ini, yang menguasai data, dialah yang menguasai dunia.

Jangan biarkan kita dikuasai oleh asing. Maka, sangat penting bagi negara membangun sistem digital yang mandiri, menyangkut regulasi dan infrastruktur datanya. Kedaulatan digital adalah bagian dari kedaulatan negara secara keseluruhan.

Islam Punya Solusi: Teknologi dalam Bingkai Iman

Islam sebagai agama yang kompleks, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk mengenai teknologi modern saat ini, Islam tidak anti teknologi. Justru sebaliknya, Islam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, termasuk di bidang digital dan siber.

Namun, semua itu harus dibingkai dengan iman dan panduan syari’at (Aturan Allah). Teknologi bukan sekadar alat, tapi juga amanah yang harus digunakan untuk kebaikan umat dan penjaga kehormatan manusia. Bukan teknologi yang menguasai manusia namun teknologi yag harus disesuaikan agar sejalan denan syari’at.

Sistem Islam akan mengambil peran utama dalam mengarahkan pemanfaatan teknologi. Yaitu dengan dibangunnya ekosistem digital aman dan bebas dari konten yang merusak akhlak dan moral, serta menjamin ruang siber yang syar’i, dalam artian bebas dari pornografi, kekerasan, hoaks, dan infiltrasi asing.

Lebih dari itu, Islam sebagai junnah (perisai) akan memastikan setiap warga negara—terutama anak-anak—memperoleh pendidikan yang berbasis akidah Islam, yang akan menjadikan mereka pribadi bertakwa sekaligus cakap secara digital.

Saatnya Kembali pada Islam Kaffah

Kondisi dunia digital hari ini adalah gambaran nyata dari kegagalan sistem sekuler kapitalistik yang menjadikan materi sebagai tolak ukur segala sesuatu. Tanpa arahan wahyu, teknologi justru jadi senjata makan tuan yang mengancam moral, kedaulatan, bahkan masa depan umat.

Islam hadir bukan hanya sebagai agama ibadah, tapi juga sebagai sistem kehidupan yang paripurna. Islam memiliki aturan yang jelas dalam hal pendidikan, perlindungan masyarakat, pengelolaan teknologi, hingga arah pembangunan negara.

Karena itu, hanya dengan penerapan Islam secara kaffah, kita bisa mewujudkan peradaban digital yang sehat, aman, mandiri, dan bermartabat. Peradaban yang tidak hanya menyelamatkan dunia, tapi juga mengantarkan manusia menuju keselamatan akhirat. Wallahua’lam bishshawab

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *