Saat Gen Z Bicara, Langit pun Mendengar

Oleh: Ummu Fahhala, S. Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

Majalengka // zonakabar.com – Malam itu, jalanan di depan gedung pemerintahan masih menyisakan sisa-sisa keramaian. Poster-poster berserakan, coretan spidol masih terlihat jelas: “Kami Bukan Generasi Diam!”

Bacaan Lainnya

Di tengah sisa kerumunan, tiga remaja duduk di trotoar. Raga mereka lelah, tapi mata mereka masih menyala.

“Apa kita ini cuma bikin ribut?” tanya Rafi, sambil menatap langit yang penuh bintang.

“Nggak, Raf,” jawab Nisa mantap. “Kita lagi belajar bicara. Bukan dengan cara bakar-bakaran, tapi dengan ide. Dengan suara. Kalau kita diam, siapa lagi yang mau bilangin kebenaran?”

Alya tersenyum tipis, lalu berkata pelan, “Kata psikolog di berita kemarin, Gen Z punya cara unik buat bertahan. Kita milih bicara lewat meme, poster kreatif, video pendek… bukan dengan kekerasan. Itu tandanya kita beda.”

Mereka bertiga saling berpandangan. Ada rasa bangga, tapi juga ada kegelisahan yang tak bisa mereka sembunyikan.

Fenomena Gen Z ini memang menarik. Psikolog Anastasia Satriyo menyebut, mereka lebih memilih mengolah tekanan lewat kreativitas daripada destruksi (Kompas, 5 September 2025). Tapi di sisi lain, Prof. Rose Mini Agoes Salim dari Universitas Indonesia mengingatkan, banyak remaja di bawah umur ikut turun ke jalan tanpa kontrol diri yang matang (Inforemaja.id, 2025).

Artinya, generasi ini punya potensi luar biasa. Mereka berani bicara, mereka peduli. Namun, arah bicara mereka harus jelas. Jangan sampai energi besar ini justru dimanfaatkan untuk kepentingan sesaat.

Rafi menunduk. “Kadang aku mikir, semua ini cuma buang waktu. Kita nggak bisa lawan sistem.”

Alya menatapnya serius. “Raf, jangan lupa. Sejak manusia diciptakan, kita punya naluri untuk menolak kezaliman. Itu fitrah kita. Kalau kita biarin ketidakadilan jalan terus, artinya kita mati sebelum waktunya.”

Nisa menimpali, “Lihat sejarah. Pemuda selalu ada di garda depan perubahan. Di masa Rasulullah saw., siapa yang paling berani? Pemuda! Mereka nggak nunggu tua untuk bicara kebenaran.”

Mata Rafi mulai berkaca. Ia terdiam. Seakan ada sesuatu yang menyentuh hatinya.

Jalan Islam, Jalan Perubahan Hakiki

Islam tidak hanya memandang manusia sebagai objek psikologi yang harus diatur kapitalisme. Islam melihat manusia sebagai makhluk dengan fitrah suci, yang butuh syariat untuk menjaga arah hidupnya.

Allah berfirman:
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS. An-Nahl: 125).

Rasulullah saw. bersabda:
“Pemimpin para syuhadā’ adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan (juga) seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkannya kepada kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran, kemudian penguasa itu membunuhnya.”

Ini bukan soal marah atau rusuh. Ini soal menegakkan kebenaran dengan cara yang hakiki.

“Bayangin, kalau suara kita disatukan dengan iman. Bukan cuma teriak di jalan, tapi juga membawa solusi Islam,” ucap Alya sambil menggenggam erat tangannya sendiri.

Nisa mengangguk, “Umat butuh pemuda kayak kita. Bukan pemuda yang sibuk ngejar like atau followers, tapi pemuda yang berani amar makruf nahi mungkar.”

Rafi menghela napas panjang. Senyum tipis muncul di wajahnya. “Jadi, kita ini bukan cuma remaja yang suka bikin konten ya? Kita ini calon pengubah dunia.”

Malam makin larut. Namun semangat mereka justru makin menyala. Tiga anak muda itu sadar, suara mereka mungkin kecil. Tapi jika digandengkan dengan iman dan perjuangan, suara kecil itu bisa mengguncang langit.

Penutup

Generasi Z bukan sekadar generasi meme. Mereka adalah benih kebangkitan. Mereka berbicara dengan bahasa yang khas, dengan gaya yang segar, tapi dengan semangat yang sama sejak masa para nabi: menolak kezaliman dan menegakkan kebenaran.
Pertanyaannya kini, apakah kita akan membiarkan potensi mereka padam, ataukah kita akan menuntun mereka menuju perubahan hakiki yang Allah janjikan?

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi…” (QS. An-Nur: 55).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *