Oleh: Efhira Hidayet (Pegiat Literasi)
Majalengka // zonakabar.com – Penderitaan rakyat Palestina kian hari kian menggunung. Seakan-akan derita sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka, para penjaga tanah suci Al-Aqsa. Lahan yang dirampas paksa, pengusiran dari rumah sendiri, pangan yang semakin sulit dijangkau, hingga korban jiwa yang terus berjatuhan—semua itu mewarnai hari-hari perjuangan mereka. Semua terjadi karena ambisi kejam Zionis Israel yang bernafsu menguasai Palestina.
Usai Perdana Menteri Israel memberi perintah militer untuk menaklukkan Gaza, serangan demi serangan digencarkan. Penduduk Gaza dipaksa mengungsi ke wilayah pesisir Khan Younis di bagian selatan. Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, bahkan menegaskan bahwa para pengungsi akan memperoleh layanan kesehatan, pangan, dan perlindungan di lokasi pengungsian (Republika, 6/9/2025).
Menguatnya Cengkeraman Israel
Operasi militer ini memicu kecaman dari banyak pihak. Namun, semua sebatas retorika tanpa tindak nyata. Sulit mempercayai janji-janji Israel, sebab sejarah telah membuktikan karakter mereka yang penuh tipu daya.
Dukungan Donald Trump semakin memperteguh agresi Israel dengan terus memasok persenjataan. Meski Trump mengklaim bahwa Amerika Serikat (AS) mengucurkan bantuan kemanusiaan untuk Gaza, transaksi senjata yang berjalan paralel justru memperlihatkan paradoks kebijakan Washington. Kenyataannya, AS secara terang-terangan berpihak kepada Israel. Bahkan, AS aktif mendorong Arab Saudi untuk membuka jalur diplomasi dengan Israel.
Riyadh memang menegaskan bahwa normalisasi hanya mungkin jika masalah Palestina diselesaikan dengan konsep two-state solution. Namun itu pun bukan solusi hakiki. Justru normalisasi hanya akan memperkukuh cengkeraman Israel di tanah kaum Muslim sekaligus melemahkan perjuangan pembebasan Palestina.
Aksi Kemanusiaan Bukan Jawaban Tuntas
Duka rakyat Palestina belum berakhir, tetapi gelombang solidaritas dunia tetap mengalir. Global Sumud Flotilla (GSF) yang berlayar akhir Agustus 2025 mengerahkan lebih dari 50 kapal dengan ribuan peserta dari 44 negara. Mereka berangkat dengan satu tekad: menembus blokade zalim yang mencekik Gaza sejak 2007. Fakta ini membuktikan bahwa Palestina adalah jeritan nurani kemanusiaan, bukan sekadar isu lokal.
Namun, pengalaman menunjukkan bahwa misi-misi serupa sebelumnya—seperti Madleen pada Juni dan Handala pada Juli—senantiasa diadang militer Israel hingga gagal menembus Gaza. Bahkan dalam GSF kali ini, salah satu kapal mengalami dua kali serangan drone dalam dua hari berturut-turut. Meski Israel belum mengonfirmasi, fakta ini sudah cukup menyingkap kebiadaban rezim penjajah yang bertekad menutup setiap jalan kehidupan menuju rakyat Gaza.
Di titik inilah umat Islam dituntut untuk tidak hanya mengandalkan aksi kemanusiaan, melainkan kembali kepada kekuatan hakiki: persatuan umat, penerapan syariat Allah, dan jihad yang mampu memaksa penjajah angkat tangan dari bumi penuh berkah itu.
Allah berfirman:
“Dan apa saja yang mereka infakkan, sedikit maupun banyak, atau yang mereka lintasi di suatu lembah, niscaya dicatat bagi mereka agar Allah membalas dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. At-Taubah: 121).
Islam: Jalan Penyelesaian Sejati
Realitas membuktikan bahwa diplomasi dan aksi kemanusiaan semata tak akan mampu mengakhiri penderitaan Palestina. Islam telah menawarkan solusi syar’i: jihad fi sabilillah.
Bayangkan seseorang yang dipukul habis-habisan. Jika kita hanya menonton lalu menyodorkan makanan pada korban, sementara membiarkan pelaku terus menganiaya, itu jelas bukan penyelesaian. Solusi sejati adalah menghentikan tangan pelaku, bahkan membalas agar ia tak lagi berbuat zalim.
Begitulah kondisi Palestina. Kaum Muslim tidak cukup sekadar mengecam atau mengirim bantuan. Kita wajib mendesak negeri-negeri Muslim agar mengerahkan kekuatan militer mereka demi menghentikan genosida. Dengan persatuan umat Islam dan jihad, Zionis Israel dapat dipukul mundur. Tidak hanya Israel yang akan gemetar, bahkan Amerika Serikat sebagai pendukung utamanya pun akan dibuat resah.
Allah juga telah mengingatkan:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu hingga engkau mengikuti millah mereka.” (QS. Al-Baqarah: 120).
Jelaslah, Barat tidak akan pernah sungguh-sungguh berpihak pada kaum Muslim. Sudah saatnya umat menuntut tegaknya solusi Islam secara total. Hanya dengan persatuan dan penerapan syariat Allah, Palestina akan benar-benar terbebas.
Wallahu a‘lam bish-shawab.