Jabar Terindikasi Puncaki Kasus TB Nasional: Tantangan Penanganan dan Akar Masalah yang Belum Tuntas.

Oleh Yanyan Supiyanti, A.Md.
Pendidik Generasi

zonakabar.com – Jawa Barat mencatat sekitar 234 ribu kasus Tuberkulosis (TB), tertinggi secara nasional, dengan capaian temuan baru mencapai 34,9%.

Bacaan Lainnya

TB merupakan penyakit menular akibat infeksi bakteri yang menjadi perhatian dunia. Indonesia sendiri berada pada posisi kedua sebagai negara dengan jumlah kasus TB terbanyak.

Di Jawa Barat, estimasi kasus TB mencapai 234.280. Namun, dari pemeriksaan lapangan periode Januari–Mei 2025, baru 81.864 kasus atau sekitar 34,9% yang berhasil ditemukan. Semakin cepat pasien TB teridentifikasi, semakin cepat pula penanganan dilakukan. Sebaliknya, lambatnya penemuan kasus berpotensi meningkatkan risiko penularan di masyarakat.

Menanggapi situasi ini, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) melaksanakan skrining massal menggunakan X-Ray di sejumlah wilayah seperti Kabupaten Bogor, Bandung, Tasikmalaya, dan Sukabumi. Upaya tersebut mendukung program nasional active case finding (ACF) untuk menjangkau kontak erat maupun kontak serumah pasien TB.

Situasi Penularan TB

Menurut laporan Kemenkes per 16 November 2025, jumlah kasus TB yang berhasil ditemukan di Jabar sebenarnya telah mencapai 189.532 kasus atau 80,9%, melebihi target nasional sebesar 67%.

Walau capaian penemuan kasus cukup tinggi, keberhasilan pengobatan TB di Jabar masih tertinggal. Tingkat kesuksesan terapi TB sensitif obat baru mencapai 80%, di bawah target nasional 90%. Untuk TB resisten obat, baru 1.063 dari 2.866 pasien yang tertangani. Jabar juga memiliki 4.763 pasien TB dengan diabetes, 1.163 penderita TB dengan HIV, dan 2.294 kematian akibat TB.

Tingginya angka TB di Jawa Barat memunculkan pertanyaan mengenai kualitas hidup masyarakat, termasuk masalah kemiskinan dan keterbatasan fasilitas kesehatan.

Perspektif Sistem Kesehatan Saat Ini

Dalam sistem kapitalisme, layanan kesehatan sering diposisikan sebagai komoditas industri. Penanganan TB mengacu pada standar WHO melalui ISTC–DOTS dan The End TB Strategy yang dikembangkan sejak 1995. Namun, strategi ini dinilai belum menyelesaikan masalah secara mendasar. Konsep kekebalan kelompok (herd immunity) dipandang tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat dalam konteks TB.

Tingginya cakupan imunisasi BCG juga tidak selalu berbanding lurus dengan penurunan kasus baru. Penularan masih berlangsung luas dan kasus TB resisten obat terus muncul. Pengobatan yang panjang kerap menimbulkan efek samping seperti depresi, gangguan ginjal, serta hilangnya pendengaran.

Berbagai penelitian mengenai kualitas pelaksanaan DOTS menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hambatan di lapangan semakin berat ketika standar ISTC tidak dijalankan secara optimal. Kelemahan tersebut dilihat sebagai dampak dari sistem sosial-ekonomi kapitalisme, yang menempatkan nilai materi sebagai pusat kehidupan. Kondisi ini melahirkan kemiskinan, kerusakan lingkungan, krisis air bersih, dan polusi udara, yang akhirnya melemahkan imunitas masyarakat dan memudahkan penyebaran penyakit.

Perspektif Islam

Dalam Islam, penanganan penyakit menular dilakukan secara komprehensif untuk menghentikan penularan secepat mungkin sehingga angka kesakitan maupun kematian dapat ditekan hingga nol. Prinsip ini sejalan dengan tujuan syariat untuk menjaga kesejahteraan seluruh manusia.

Islam menekankan pencegahan melalui langkah politik dan medis, termasuk isolasi segera terhadap penderita serta pembatasan mobilitas masyarakat dari dan menuju wilayah yang terjangkit wabah. Negara bertanggung jawab menyusun langkah strategis untuk mengatasi wabah tanpa mengganggu keberlangsungan hidup masyarakat.

Sistem pembiayaan melalui baitulmal dianggap mampu menjamin pemenuhan kebutuhan kesehatan secara merata. Sentralisasi kekuasaan dan desentralisasi administrasi membuat pelayanan lebih cepat, sederhana, dan bebas dari diskriminasi.

Upaya preventif-promotif dalam masyarakat Islam juga didukung oleh terpenuhinya kebutuhan fisik dan naluri, serta pembangunan sektor kesehatan dan nonkesehatan yang berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat.

Penutup

Untuk mengakhiri masalah TB di Jawa Barat, diperlukan kehadiran negara yang total dalam menjamin kesehatan publik. Solusi yang tuntas, menurut pandangan ini, hanya dapat diwujudkan melalui penerapan sistem Islam secara menyeluruh (kafah).

Wallahualam bissawab.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *