Ina Agustiani, S.Pd
(Praktisi Pendidikan)
Majalengka // zonakabar.com - Ramadan memang membawa pengharapan dan kesempatan, dimana kita masih diberi rezeki untuk bisa menemui bulan suci ini. Berapa banyak orang di sekeliling yang Allah ambil nyawanya sebelum Ramadan tiba, tentulah kita ini golongan orang yang beruntung itu, sehingga suatu hal sia-sia jika melewatkannya begitu saja. Di sepulu hari terakhir keimanan benar-benar diuji tatkala menghadapi aktivitas khas seperti baju baru, membuat penganan Ramadan, sesuatu yang melelahkan yang jika lalali akan tersita tenaga dan mengorbankan ibadahnya Lailatur Qodar, 5 hari malam ganjil yang dirindukan semua umat muslim.
Banyak juga yang terjadi di negara ini dengan segala kekalutan perasaan sampai pemikiran tidak bisa dijangkau oleh nalar. Lihat saja berita buruk mengenai minyak kita minyak goreng harapan masyarakat yang bisa dijangkau harganya diketahui mengoplos dengan minyak curah, ukuran kurang dari yang seharusnya, kemudian eks Kapolres Ngada AKPBP Fajar Widyadharma Sumaatmaja terlibat kasus pencabulan anak dibawah umur yang saat ini ditangani Kepolisian Daerah NTT. Serta pengesahan RUU TNI yang digodog saat tengah malam digelar di hotel mewah secara tertutup, yang kemudian tak lama disahkan menjadi UU, merespon itu berbagai BEM di nusantara turun ke jalan menanggapi kebijakan ini.
Rasanya harus berjuang untuk tetap fokus menuai pahala ditengah kondisi darurat ini, semoga segera ada jalan kebaikan yang menyertai dengan berpegang teguh pada syariat Islam, Aamiin Ya Mujiib. Ada beberapa hal yang perlu diketahui selama bulan shaum ini.
Diantaranya Ramadan dimana umat muslim wajib puasa sebulan penuh, dan erat kaitannya dengan takwa, dalam firman Allah Swt., “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183). Dan takwa sebagai hasil dari pelaksanaannya, karena takwa adalah sebaik-baiknya bekal di dunia dan keselamatan di akhirat, terbentuk dalam dirinya sikap menjauh perbuatan dan perkataan yang allah larang. Allah Swt., berfirman, “Berbekallah kalian. Sungguh, sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kalian kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.” (QS Al-Baqarah [2]: 197).
Selanjutnya ibadah shaum bukan untuk melemahkan fisik, tetapi untuk syahwat yang mengajaknya pada kejahatan, jika syahwat melemah makan takwa menguat untuk berbuat baik dan taat pada perintah Allah dan Rasul. Shaum atau puasa membentuk loyalitas dan akan terhindar dari meniru pemikiran, kebiasaan kafir yang bertentangan dengan Islam.
Kemudian pahala pada Ramadan yang berkali lipat, seharusnya memicu kaum muslim untuk bergegas meningkatkan ibadahnya, bahkan setiap menit ke detik diisi dengan kebaikan. Membaca Alquran, dzikir, sedekah, perbaikan kualitas solat wajib dan sunah menjadi trend Ramadan. Tentu jika negara mengayomi maka Ramadan di tiap individu akan terasa hidup bukan hanya ritual berganti bulan kalender Islam saja, seperti trend buka bersama diakhiri ala “velocity” seakan wajib dilakukan demi mengejar validasi dunia sosmed yang esensinya tidak ada malah banyak mudaratnya contoh nyata mengakhirkan waktu solat.
Yang ditunggu saat Ramadan adalah Lailatulqadar yang dikenal dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan, Alquran hanya menyebut waktunya ganjil dan penjelasan kondisi alamnya, waktu tepatnya hanya Allah yang tahu. Jika seribu bulan dikalkulasikan maka sekitar 83 tahun, tentu kita tidak ingin melewatkannya hanya dengan tidur saja bukan? Ini sebagaimana firman-Nya, “Sungguh, Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada saat Lailatulqadar. Tahukah engkau, apakah Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al-Qadar [97]: 1–3).
Ramadan juga menjadi sarana penghapusan dosa, jika bersungguh-sungguh memohon ampun tidak akan melakukan perbuatan itu lagi, maka Allah akan ampuni. Sekaligus menjadi perisai manusia dari api neraka jika dijalankan dengan penuh keikhlasan. Rasul saw. bersabda, “Puasa Ramadan merupakan perisai (pelindung) dari azab neraka, seperti perisai (pelindung) salah seorang dari kalian dalam peperangan.” (HR An-Nasa’i dan Ahmad). “Siapa saja yang berpuasa Ramadan karena keimanan dan hanya mengharap rida Allah, dosa-dosanya yang telah lalu pasti diampuni.” (HR Al-Bukhari).
Semoga kita semua bisa menjalankan aktifitas dan paham esensi Ramadan, dengan keistikamahan maka tantangan tersulit akan bisa dilewati yaitu menjadikan aktivitas Ramadan tetap dijalankan di 11 bulan setelahnya, maka dari itu perlu booster lingkungan yang sefrekuensi, jamaah dakwah yang selalu mengingat pada kebesaran Allah, mengingatkan kepada kelalaian. Wallahu A’lam.